Oleh : Lita Rosita (Anggota KPU Lebak Divisi Teknis Penyelenggaraan)
Fenomena alam yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir sangat menyita perhatian seluruh masyarakat dunia. Semua negara bersama warganya berperang melawan Corona Virus Disease (Covid-19), mahluk yang tak kasat mata dengan dampak sangat luar biasa. Kejadian ini tentunya membuka mata manusia untuk mengambil sikap dan langkah untuk mencegahnya. Mulai dilakukan berbagai cara dalam mengantisipasi dampak, bahkan berupaya memutus mata rantai penularannya termasuk di Indonesia. Sebagai mahluk berakal, tentunya ada kesadaraan masyarakat yang tinggi atas imbauan pemerintah baik pusat dan daerah dalam memeranginya.
Komisi pemilihan Umum (KPU) selaku lembaga negara, bergerak untuk melawan Covid-19 karena sangat membahayakan kehidupan masyarakat. Melalui surat nomor: 301/PP.06-3D/06/KPU/IV/2020 Perihal Sosialisasi dan Edukasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 disampaikan kepada KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Upaya meminimalisir penyebaran serta mengurangi resiko terkena virus tersebut, KPU menggunakan strategi pemanfaatan laman (website) dan media sosial resmi, meliputi: facebook, instagram, twitter, youtube dan media sosial lainnya. Sasaran ditujukan kepada internal dan masyarakat luas untuk dapat memberikan pengetahuan tentang dampak serta tindak lanjut pencegahan dan penangannya yang harus dilakukan.
Media sosial merupakan sarana yang banyak digunakan masyarakat dalam era globalisasi sekarang. Tentunya informasi yang di sampaikan melalui media sosial ini tepat sasaran, dan manfaat positif bisa diterima secara luas oleh seluruh kalangan.
Semua seperti berlomba dalam memberikan informasi yang mengedukasi untuk khalayak, mulai dari membiasakan hidup bersih dan sehat, sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, memakai masker, menjaga jarak dan masih banyak lagi. Hal itu dilakukan sebagai ikhtiar dalam upaya saling mengingatkan sesama dan melindungi warga masyarakat dari bahaya Covid-19 tersebut. Bahkan, hampir semua media menyuguhkan pemberitaan dan menjadikannya sebagai trending topik terkait Corona. Bagaimana manusia bisa tertular ?
Menurut World Health Organization (WHO), cara penyebaran virus Corona melaui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau dari mulut ketika mereka yang terinfeksi virus, bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda atau permukaan yang disentuh oleh orang sehat. Lalu orang sehat tersebut menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Virus Corona juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat saat berdekatan dengan yang terinfeksi Corona. Maka begitu pentingnya untuk menjaga jarak.
Gejala Covid-19 yang paling umum adalah, demam, kelelahan dan batuk kering. Beberapa kemungkinan juga mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare, gejala tersebut masih skala ringan. Namun, beberapa orang terinfeksi, tetapi tidak menunjukan gejala apapun.
Terkait keadaan pandemi ini, pemerintah telah membentuk satuan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun 2020. Gugus tugas dibuat karena telah terjadi keadaan tertentu dengan adanya penularan Covid-19 di Indonesia yang perlu diantisipasi dampaknya. Dalam rangka percepatan penanganan Covid-19, diperlukan langkah-langkah cepat, tepat, fokus terpadu dan sinergis antara kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Selain pemerintah, begitu besar pula perhatian publik pada masalah ini, banyak organisasi, pribadi, perusahaaan BUMN dan swasta, juga lembaga swadaya masyarakat, ikut serta berperan dalam bentuk donasi kepada masyarakat. Merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan kepedulian yang tinggi untuk jutaan manusia di negeri tercinta ini.
Panik dan Resah
Kepanikan yang dirasakan oleh setiap orang itu berbeda, karena dampaknya merambah pada keseharian dalam hidupnya. Bagi mereka yang berpenghasilan di bawah kecukupan/prasejahtera tentulah sangat berat dirasakan, jangankan hanya memikirkan soal sabun untuk mencuci tangan apalagi membeli hand sanitizer, untuk makan sehari-hari pun kadang tercukupi kadang tidak. Pada umumnya mereka bekerja serabutan dan tak punya keahlian.
Kaum buruh mengeluh dan menjerit dengan keadaan sekarang. Terkait hal ini, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mencatat 1,6 juta per tanggal 13 April 2020 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan, karena bisnis sebagian perusahaan semakin tertekan efek pandemi Corona yang berdampak pada sendi perekonomian.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah pun telah merinci pekerja formal yang dirumahkan mencapai 1.080.767 orang per 9 April 2020. Dalam periode yang sama, pekerja yang terkena PHK sebanyak 160.067, totalnya mencapai 1.240.832 pekerja. Sedangkan, jumlah pekerja sektor informal yang terdampak mencapai 1.506.713. Dari jumlah tersebut, sekitar 10 persen yang terkena PHK, 90 persen lainnya dirumahkan.
Para medis sebagai pejuang kesehatan dan menjadi ujung tombak perang melawan Corona, dalam upaya menekan angka penularan Covid-19, bekerja bahu-membahu untuk memberikan pelayanan kesehatan demi kesembuhan pasien. Berjuangnya para medis sampai-sampai di antara mereka pun menanggung derita atas tertularnya virus tersebut. Menurut sumber Kementerian Kesehatan terkait tenaga medis yang terpapar Covid-19 per tanggal 15 April 2020, pukul 15.45 sebagai berikut: 5.136 positif, 446 sembuh, 469 meninggal. Ironisnya, hampir 10 persen dari total meninggal akibat Corona adalah tenaga medis sejumlah 46 orang. Sebagai garda terdepan dalam nelawan virus tersebut, justru mereka tidak dibekali Alat Pelindung Diri (APD) yang layak dan memadai, disinyalir karena minimnya alat tersebut.
Sungguh miris mengetahui realita yang ada akibat Corona. Tabir kehidupan yang terjadi, sepertinya kita harus berlari mencari jalan keluar dari masalah ini. Tentu saja, hal ini dapat dipastikan jika kita biarkan tanpa mencari solusi dan memecahkan permasalahan tersebut, entah apa yang terjadi!! Dipastikan jutaan rakyat Indonesia terancam keselamatan jiwanya karena Corona.
Rindu Situasi Dulu
Sebelum merebaknya Desease Covid-19, segala sektor menggeliat menuju perubahan pada kehidupan yang lebih tertata, baik perekonomian, pertanian, kelautan, keagamaan, kehidupan soial, dan lainnya. Rutinitas manusia dengan segala pola dan perilaku setiap hari dilakukan dengan penuh kedamaian dan rasa aman. Namun apa yang terjadi dengan situasi sekarang ???. Ruang gerak kita serba dibatasi. Anak sekolah tetap berada di rumah untuk melaksanakan aktivitas sekolahnya, pekerja melakukan Work From Home (WFH), masyarakat tidak diperkenankan ke luar rumah untuk hal-hal yang dianggap tidak penting, rekreasi atau hanya sekedar nongkrong/kongkow, dan yang bisa dilakukan ke luar rumah bila ada sesuatu yang dianggap penting.
Masyarakat kita terkenal ramah tamah, setiap kali bertemu selalu bersalaman bahkan cipika cipiki dengan memancarkan senyum yang hangat. Tapi apa yang terjadi sekarang, senyum itu hilang tertutupi masker dengan corak beragam. Sebagai ciri khas yang tak bisa dilepas, sopan santun dan ramah tamah itu semua menandakan betapa dekatnya rasa persaudaraan dengan sesama.
Kebiasaan kita berkumpul, rapat, arisan, undangan, kegiatan kemasyarakatan, beribadah bersama dan lainnya, dulu itu rutin dilakukan. Dengan keadaan sekarang, menjadi sesuatu yang dirindukan dan diimpikan oleh semua. Sedangkan kita sekarang hanya berdiam diri di rumah dengan tidak melakukan hal itu.
Setiap hari aktivitas manusia tentunya bisa dilaksanakan berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki. Pagi, siang, sore dan malam, semua orang berlomba dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup dan kegiatan rutin lainnya yang dilakukan, untuk saat ini terbatas ruang geraknya.
Sejuta Harapan
Diawal merebak Covid-19 tentunya ada saja yang meremehkan dengan virus tersebut. Seolah tak percaya atas keganasan Covid-19 yang sudah memporakporandakan semua sendi kehidupan manusia. Waktu berselang, sangat luar biasa wabah ini menghancurkan tatanan kehidupan. Bagaimana tidak percaya dengan kejadian ini, jutaan orang meninggal terkena dampaknya. Semoga hari-hari ke depan, oarang yang terkena virus tersebut segera pulih, dan tak ada lagi korban.
Di balik dampak pandemi Covid-19 yang dialami semua orang, tentunya banyak sekali hikmah dan manfaat bila kita kaji lebih dalam. Diantaranya: waktu berkumpul bersama keluarga lebih banyak dan semakin mempererat kekeluargaan, spontanitas adanya rasa kepedulian yang tinggi dengan kemunculan virus Corona untuk saling berbagi, adanya jeda untuk kita istirahat dari rutinitas yang menyita dan mengurangi tingkat stres, adanya kepedulian pada orang-orang yang ada disekitar dan ikut memikirkannya, manusia lebih mengutamakan kesehatannya, dan masih banyak lagi. Yang lebih utama yakni meningkatkan rasa syukur.
Sebagai umat beragama, tentu saja kita mempunyai dasar keimanan yang kuat dalam menerima musibah ini dengan selalu berpikiran positif dan berusaha melawan virus tersebut dengan tidak ada kata menyerah. Selalu berbesar hati dalam menyikapi pandemi ini. Begitu dahsyatnya Covid-19 terhadap nyawa manusia, sangat fatal dan mematikan. Berjuang melawan virus tersebut bukan hanya dengan tindakan pencegahan, akan tetapi sekuat kemampuan diri berharap juga memohon kepada Sang Pencipta agar kejadian musibah non alam yang terjadi sekarang segera berlalu. Kerinduan akan situasi normal tentu saja harapan semua orang. Tuhan, kami ingin Engkau sudahi petualangan Corona dan kembalikan pada kehidupan semula.